16-Surat Furing Ratnasari untuk Presiden terkait #DampakBurukFreeTrade

fight againt WTO!

Malang, 26 September 2013

Kepada

Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia

Di tempat

Dengan segala hormat Bapak, ijinkanlah saya menyampaikan pendapat saya terkait dengan adanya perdagangan bebas yang sebentar lagi akan mewarnai negara Indonesia.

Setiap kebijakan mempunyai dampak positif maupun negatif. Hanya saja yang menjadi permasalahan, seberapa besar dampak positif memajukan kehidupan bangsa dan seberapa besar dampak negatif meruntuhkan bangsa. Hal tersebut perlu diprediksi kadar mana yang paling mempengaruhi bangsa, apakah kadar yang ditelurkan dari dampak positif atau negatif. Saya rasa dampak yang perlu dikritisi adalah dampak negatif. Hal tersebut bertujuan untuk mengontrol sekaligus meminimalisir hal- hal yang sifatnya krusial, utamanya untuk kehidupan rakyat. Pada dasarnya Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan kondisi geografis yang sangat strategis. Namun, sayangnya banyak sekali bahan mentah dari sumber daya alam Indonesia yang justru diekspor untuk diolah menjadi bahan yang siap pakai dan pada akhirnya di impor kembal ke Indonesia. Apabila dikaitkan dengan banyaknya impor produk di Indonesia sementara sifat rakyat Indonesia yang konsumtif terhadap barang- barang tersebut, disertai dengan minimnya teknologi serta kurangnya sumber daya manusia yang kreatif terhadap pengolahan sumber daya alam negeri, diperparah dengan banyaknya perusahaan asing yang telah merajai negeri, maka mungkinkah perdagangan Indonesia bersaing dengan adanya perdagangan bebas ?

Saat ini telah banyak rakyat Indonesia yang memilih jalan untuk mencari penghidupan di negara tetangga sebagai TKI. Hal tersebut dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan serta tidak mampunya bersaing di negara sendiri. Dengan adanya perdagangan bebas, apakah menjamin rakyat termotivasi untuk meningkatkan kualitas perdagangan, yang diikuti dengan terbuka lebarnya lapangan pekerjaan?. Apakah tidak menutup kemungkinan dengan adanya perdagangan bebas rakyat malah gulung tikar karena mungkin kalah murah dan kalah mutu sehingga pemegang perekonomian beralih kepada pihak luar. Dampak pengiring yang lain, hanya sekian persen rakyat yang ikut berkontribusi terhadap perdagangan bebas tersebut, berkedudukan di level menengah ke bawah atau dalam artian bukan pemegang kunci perekonomian di Indonesia.

Terkait dengan kalah murah dan kalah mutu, hal tersebut dapat diibaratkan sebagai kumpulan batu pasir, ada yang biasa, ada yang berkilau. Hal yang biasa terjadi adalah ketika orang lebih menyukai batu yang berkilau, maka batu yang biasa hanya dipandang dengan sebelah mata. Begitu juga dengan produk yang kalah mutu atau kalah murah, maka bisa jadi tidak akan diperdulikan oleh masyarakat konsumtif, hingga akhirnya hilang dari peredaran. Dan sebaliknya produk yang lebih berkualitas dengan polesan teknologi yang canggih akan banyak memikat masyarakat konsumtif.

Sehubungan dengan adanya perdagangan bebas, apakah tidak sebaiknya dikuatkan dulu pondasi perekonomian negeri, disejahterakan dulu rakyat dengan menciptakannya lapangan pekerjaan, dioptimalkan kreativitas rakyat untuk mampu mengolah sumber daya alam negeri, dimajukan teknologinya, sehingga rakyatpun akan selalu bangga dan mencintai produk dalam negeri. Hal yang selalu menjadi ketakutan ketika rakyat menjadi terasing dan terpuruk di negeri sendiri dengan merajainya perdagangan bebas. Tidak dapat dipungkiri, karena semua kebijakan nantinya akan berimbas kepada rakyat dan untuk rakyat baik dampak positif maupun dampak negatifnya.

Hormat saya

Furing Ratnasari

Mohon dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, demi rakyat itu yang utama Bapak.

 

ket: sumber gambar http://kawansekerdja.blogspot.com/2013/08/menjelang-ktm-wto-ix-bali-desember-2013.html

Leave a comment