Kembali Ke Pesantren

Oleh Asri Al Jufri

 

Pada peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdatul Ulama (NU) ke-90, 27 Mei 2013, Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Said Aqil Siradj mencanangkan agar NU kembali ke pesantren. Menurutnya, pesantren merupakan pusat pendidikan yang telah banyak melahirkan pemimpin bangsa.

Himbauan Said itu agaknya bukan hanya berlaku bagi warga NU tetapi juga perlu disimak oleh seluruh umat Islam di negeri ini. Kenapa? Karena pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menawarkan “menu yang lengkap” yang diharapkan mampu mengantarkan anak didik sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan yang ditawarkan pesantren tidak hanya bertujuan untuk mengasah kecerdasan intelektual, tetapi juga dalam pengembangan kepribadian dan pola pikir yang Islami.

Pendidikan yang ditawarkan pesantren merupakan pendidikan “plus” yang tidak hanya berwawasan kebangsaan atau berwawasan internasional (RSBI dan SBI), tetapi juga berwawasan dunia akhirat. Suatu pola pendidikan yang tidak hanya bertujuan untuk meraih kesejahteraan di dunia, tetapi juga meraih keselamatan di akhirat.

Karena itu, pola pendidikan pesantren merupakan pola pendidikan yang unggul, karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pola pendidikan lain, tak terkecuali pendidikan yang dilakukan pemerintah melalui sekolah-sekolah negeri yang sekarang banyak digandrungi masyarakat. Ada beberapa keunggulan pesantren dibandingkan sekolah lainnya:

 

  1. 1.    Kurikulum yang lengkap

 

Umumnya pendidikan di pesanteren sekarang telah memadukan antara kurikulum umum dari Kementerian Pendidikan Nasional dan kurikulum ke-Islaman dari Kementerian Agama. Pesantren jenis ini dikenal dengan istilah Pesantren Modern. Berbeda dengan pesantren salafi yang murni mengajarkan masalah fiqih dan ibadah. Sekarang ini para pengelola pesantren semakin menyadari akan pentingnya pengetahuan umum sebagaimana diajarkan di sekolah-sekolan negeri dan sekolah umum lainnya.

Pendidikan di pesantren umumnya dilakukan selama enam tahun, yaitu sewaktu SLTP (MTs) dan SLTA (MA). Setelah selesai Madrasah Aliyah (MA), baru para siswa meneruskan ke perguruan tinggi. Mereka bisa mengambil jurusan ke-Islaman yang banyak ditawarkan Perguruan Tinggi Islam (UIN/IAIN) atau jurusan umum (tehnik, kedokteran, komputer, akutandi dll) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Dengan bekal pengetahuan ke-Islaman, para alumni pesantren ini justru mempunyai kelebihan tersendiri. Mereka bisa menjadikan nilai-nilai ke-Islaman sebagai pondasi dan rujukan dalam pengembangan ilmu yang mereka tekuni. Pola pikir seperti ini tidak dimiliki oleh mereka yang hanya dididik di  sekolah umum.

Sudah tentu menjadi kebanggaan tersendiri menyaksikan putra-putri kita yang telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi terkemuka dan siap menekuni karier sebagai seorang professional, tetapi juga mampu mengembangkan pengertahuannya dengan merujuk pada ajaran Islam serta tetap menjaga ahlak Islami. Dengan demikian diharapkan akan lahir generasi penerus dan pemimpin umat yang cerdas dan profesional, sebagai  mengemban  tugas kekhalifahan  di  bumi ini.

 

  1. 2.    Kegiatan ekstra kurikuler

 

Kelengkapan yang ditawarkan pesantren tidak hanya menyangkut kurikulum atau mata pelajaran yang dilakukan di kelas, tetapi juga pada kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler ini terkait erat dengan pengembangan kepribadian dan berbagai ketrampilan lain yang sangat dibutuhkan guna menunjang kesuksesan masa depan anak.

Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang umumnya tersedia di pesantren antara lain: kegiatan olahraga (permainan, beladiri dll), kegiatan seni (teater,  musik,  vocal dll), baca Al-Qur’an, bahasa (Arab, Inggris, menulis dll), kepemimpinan (pidato/ceramah, organisasi, paskibraka, pramuka dll).

Dengan adanya berbagai kegiatan ekstra kulikuler  ini,  para orangtua tidak perlu lagi menyuruh anaknya untuk belajar mengaji di masjid, atau mengikuti kegiatan kursus di luar rumah, yang itu sering  dilakukan bila anak  sekolah di sekolah umum. Ibarat supermarket, pesantren telah menyediakan semua yang kita butuhkan. Kita tidak perlu lagi belanja di toko lain, karena pesantren menerapkan one stop service. Dijamin lebih murah, lebih efektif dan efisien.

 

  1. 3.    Pembinaan 24 jam

 

Salah satu kelebihan pesantren karena adanya pembinaan selama 24 jam. Pihak pesantren telah mecancang jadwal aktivitas sedemikian rupa mulai dari bangun pagi hingga tidur di malam hari. Setiap anak tinggal mengikuti jadwal yang telah ditentukan, mulai dari jadwal belajar, bermain, ibadah, istirahat, makan dll.

Satu hal yang menyenangkan bahwa dalam semua kegiatan itu, seorang anak melakukannya bersama-sama dengan teman-temannya. Suasana itu  agak berbeda kalau anak sekolah di sekolah umum, yang hanya berlangsung  setengah hari, dimana interaksi anak dengan temannya sangat terbatas. Teman sewaktu sekolah, berbeda dengan teman dalam bermain setelah pulang dari sekolah.

Dengan adanya pengawasan selama 24 jam, diharapkan perkembangan kepribadian anak akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang hanya diawasi pada saat-saat tertentu atau malah terlepas sama sekali dari pengawasan orang tuanya. Bagi orangtua yang tidak mampu mengawasi  keseharian putra-putrinya, tentu pendidikan di pesantren ini bisa menjadi salah satu alternatif. Lebih lagi bagi orang tua yang semuanya (suami-sitri) bekerja, sehingga nyaris tak mempunyai waktu untuk mengaswasi putra-putrinya. Andaikan seorang istri tidak bekerja dan tetap berada di rumah, belum tentu juga  bisa mengawasi anaknya. Sebab, kita tidak tahu apa yang dilakukan anak-anak  saat bermain di luar rumah.

Dengan pengawasan yang intensif melalui para pembina di pesantren, diharapkan anak-aknak kita terhindar dari perilaku negatif yang sering terjadi di kalangan pelajar. Kita sering mendengar terjadinya tawuran pelajar, pergaulan bebas dan pornografi, penggunaan narkoba dan rokok, dan berbagai tindak negatif lainnya.

 

  1. 4.    Lebih praktis dan efisien

 

Pendidikan anak menjadi tanggung jawab dan kewajiban setiap orang tua. Agar kewajiban itu bisa terlaksana dengan baik, tidak salah kalau orang tua memanfaatkan jasa dari para akhli yang memang fokus di bidang tersebut.  Terlebih bagi orang tua yang memang kondisinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu dengan baik, misalkan karena suami-istri  terpaksa harus bekerja.

Pendidikan di pesantren merupakan salah satu pilihan tepat sekaligus lebih praktis dan relatif lebih efisien dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi generasi muda kita. Dikatakan praktis karena semuanya sudah tersedia  dalam kualitas dan kuantitas yang memadai. Dan, anak didik juga tidak perlu terlalu repot untuk menyediakan waktu khusus guna mencari tambahan ilmu di lembaga atau komunitas lain. Pihak pesantren sudah menyediakan semuanya.

Karena lebih prakstis, tentunya lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Sebab, apa yang kita bayar ke pesantren setiap bulannya, sudah mencakup biaya pendidikan, asrama, makan, dan berbagai biaya lainnya. Sudah tentu dibutuhkan kejelian dari setiap orangtua dalam memilih pesantren, agar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

 

  1. 5.    Tips memilih pesantren

 

Sekarang ini, pesantren sudah ada dimana-mana. Lebih lagi di Pulau Jawa, dimana  hampir setiap kecamatan ada pesantren. Namun dari sekian banyak pesantren tersebut, harus dipertimbangkan mana yang paling cocok untuk anak kita. Ada beberapa tips dalam memilih pesantren.

 

  1. Sistem dan kualitas pendidikan.

Pilihlah pesantren yang telah menerapkan kurikulum dari Kementerian Pendidikan Nasional (Diknas) dan kurikulum dari Kementerian Agama (Kemenag). Dari kurikulum Diknas dimaksudkan agar anak kita bisa meneruskan pendidikan pada jurusan umum di PTN, sedangkan dari kurikulum Kemenag dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan ke-Islaman yang lebih baik sebagai landasan dalam seluruh aspek kehidupan.

Untuk mengetahui kualitas suatu pesantren bisa dilihat dari para alumninya, sejauhmana mereka bisa menembus beberapa PTN terkemuka. Informasi itu bisa dipelajari dari website, dari para alumni, para orangtua, dan  masyarakat sekitarnya.

 

  1. Faktor biaya

Faktor biaya menjadi salah satu pertimbangan penting dalam memilih pesantren. Sekarang ini banyak bermunculan pesantren modern yang menawarkan kualitas dan fasilitas yang prima, dengan biaya yang cukup mahal. Pesentren jenis ini tentu mempunyai “segmen pasar” tersendiri, yaitu mereka yang memang berpenghasilan tinggi. Ada juga pesantren yang menawarkan biaya murah, tetapi dengan kondisi bangunan dan fasilitas yang sederhana. Tenaga pengajar dan kualitas pendidikan yang juga  seadanya.

Bagi mereka yang terbatas kemampuan ekonominya, pilihlah pesantren yang kondisi dan kualits pendidikannya memenuhi standar, namun dengan biaya yang masih terjangkau. Sebagai patokan, untuk pesantren jenis ini, biaya perbulan berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta, dengan uang pangkal antara Rp 3 juta hingga Rp 6 juta.

 

  1. Faktor lokasi

Faktor lokasi juga perlu dipertimbangkan, terutama terkait jangkauan pada saat melakukan kunjungan. Lebih lagi pada saat awal anak berada di pesantren, dimana orangtua biasanya akan lebih sering melakukan kunjungan, bisa mingguan, dua mingguan, bulanan dst. Sebaiknya memilih pesantren yang bisa dijangkau dalam kunjungan harian atau setengah harian. Kalau lokasi pesantren terlalu jauh dimana dalam setiap  kunjungan harus menginap, tentu cukup merepotkan. Dengan semakin menyebarnya lokasi pesantren, pilihan semakin banyak. Bagi  mereka yang tinggal di Bogor, misalnya, banyak pesantren yang bisa dijangkau hanya dalam waktu satu jam dengan menggunakan kendaraan umum. Bagi mereka yang tinggal di Jabodetabek, tidak perlu terlalu jauh mengirim anaknya ke Jawa Tengah atau Jawa Timur, karena itu akan merepotkan diri sendiri. Kecuali kalau memang ada pertimbangan khusus.

Terkait lokasi, perlu dilihat aksesnya dari jalan raya, serta jangkauan bila  menggunakan kendaraan umum. Sebaiknya melakukan survey terlebih dahulu guna mengetahui situasi dan kondisi lingkungan, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta informasi lainnya.

 

Apabila dari segi sistem dan kualitas pendidikan, faktor biaya dan lokasi sudah diketahui, tinggal menentukan pesantren mana yang akan dipilih. Kita berharap dengan mengirimkan putra-putri kita ke pesantren, akan lahir generasi baru yang memiliki kualits lebih baik dibandingkan generasi kita saat ini, sekaligus sebagai wujud tanggung jawab kita dalam menjaga dan mewariskan ajaran Islam kepada generasi penerus. Semoga  Allah meredhoi segala niat baik kita. Amien.

*) Penulis adalah fungsionaris Pengurus Besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PB Tarbiyah).

Leave a comment